Bersahabat dengan AI: Cara Baru Menjadi Kreatif di Era Digital


AI adalah sebutan untuk teknologi kecerdasan buatan manusia yang sekarang sudah mulai masuk dalam setiap aspek teknologi yang saat ini digunakan oleh manusia itu sendiri. Perkembangan teknologi saat ini memang semakin memanjakan manusia untuk membuat hidup terasa lebih mudah, lebih malas untuk berpikir atau berkreasi dan lebih "mager" tentunya, alias malas bergerak. Memang tidak ada yang salah dengan hal itu karena pada prinsipnya teknologi memang dibuat untuk keuntungan manusia sendiri.
Boleh di runtut sebagai contoh teknologi komputer yang dahulunya memiliki ukuran sebesar rumah, sekarang menjadi jauh lebih kecil dan bisa dibawa-bawa kemana-mana, yakni laptop. Kemudian handphone, dulu juga ukurannya sebesar lengan orang dewasa saat pertama kali muncul, namun sekarang sudah bisa dimasukkan saku celana kita dengan kemampuan yang jauh lebih kompleks lagi. Kemudian munculnya platform Grab, Gojek dan sejenisnya membuat kita serasa memiliki cadangan nyawa yang bisa kita gunakan untuk membelikan sesuatu, mengantarkan sesuatu semua keperluan kita termasuk pesan makanan apapun tinggal pencet di smartphone, kita hanya perlu duduk manis menunggu pesanan itu datang sendiri.
Untuk yang sudah melek teknologi, tentunya AI bukan barang asing lagi saat ini. Sejak boomingnya di sekitar tahun 2023 lalu, diawali oleh OpenAI dengan web tool AI nya yang bernama ChatGPT, sekarang ini sudah banyak tool AI yang lain bermunculan. Pada mulanya perkembangan ChatGPT sendiri hanya bisa melayani semacam service tanya jawab untuk layanan solusi searching data nya. Namun sekarang ChatGPT sudah bisa kita suruh membuat gambar atau image tertentu sesuai dengan perintah atau prompt text to image yang di input.
Ditambah dengan Google sendiri dengan Gemini nya, Microsoft dengan Copilot nya semakin menambah alternatif kemudahan penggunaan tool AI ini. Mulai dari sistem tanya jawab 2 arah yang rasanya seperti kita diskusi dengan ahli yang sungguhan, pembuatan video short dengan audio dan dubbing yang pas, penulisan kode-kode pemrograman, desain grafis, pembuatan berbagai genre musik dengan atau tanpa vokal nya sekalian. Dan tahu tidak ternyata di pas tanggal 17 Agustus kemarin, telah release film AI dengan durasi 30 menitan mengenai Pangeran Diponegoro, full AI kata pembuatnya.
Caksis sendiripun juga sering menggunakan bantuan AI apabila bingung cari ide-ide untuk pembuatan artikel seperti ini, atau pembuatan konten di media sosial Youtube dan Facebook.
Namun, di balik semua kemudahan dan kecanggihan yang ditawarkan oleh AI, muncul pertanyaan besar yang tak bisa kita abaikan: apakah AI akan menggantikan kreativitas manusia? Atau justru menjadi alat bantu yang semakin mengasah daya cipta kita?
Caksis pribadi sempat bertanya-tanya. Saat menggunakan AI untuk membantu menulis artikel atau membuat ide konten, kadang muncul rasa khawatir, apakah ini akan membuatku kehilangan kemampuan untuk berpikir orisinal? Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Justru, AI bisa jadi pemantik kreativitas, semacam teman brainstorming yang nggak pernah lelah atau kehabisan ide.
Misalnya saja saat Caksis buntu menentukan tema untuk video edukatif di Youtube, AI bisa memberikan 10 ide hanya dalam hitungan detik. Tapi, tetap saja rasa, gaya, dan sentuhan personal manusia-lah yang membuat konten itu benar-benar hidup. AI hanya alat, bukan pengganti.
Tapi tentu, kemudahan yang dibawa AI harus disertai dengan tanggung jawab dalam penggunaannya. Saat ini sudah banyak kasus penyalahgunaan AI, mulai dari penyebaran berita palsu dengan bantuan AI voice clone, manipulasi video deepfake, hingga plagiarisme dalam karya tulis.
Karena itu, Caksis rasa penting banget kita sebagai pengguna, apalagi content creator, punya kesadaran etis dalam menggunakan teknologi ini. Bukan hanya karena takut ketahuan, tapi karena kita sadar bahwa setiap karya yang kita buat harus bisa dipertanggungjawabkan, dan menghargai karya orang lain juga.
Jika dilihat dari sejarahnya, teknologi apapun yang awalnya dianggap sebagai ancaman, akhirnya akan menjadi bagian dari kehidupan kita, jika digunakan dengan bijak. Begitu juga AI. Dia tidak menggantikan manusia, tapi justru mengajak kita untuk naik level.
Caksis jadi percaya satu hal: di masa depan, bukan manusia yang akan digantikan AI, tapi manusia yang tidak mau belajar AI-lah yang akan tertinggal. Maka, mari kita belajar dan berdamai dengan teknologi ini. Jadikan AI sebagai partner cerdas yang membantu kita berkembang, bukan menakuti.
Jadi kalau kalian masih merasa bingung atau bahkan takut dengan AI, cobalah untuk mulai kenalan pelan-pelan. Bisa dari yang paling simpel, seperti tanya-jawab di ChatGPT, eksplorasi ide gambar di Midjourney, atau bantu skrip video lewat Copilot. Yang penting, jangan berhenti belajar.
Karena di era ini, belajar menggunakan AI adalah bagian dari cara kita bertahan dan tumbuh sebagai manusia kreatif.